Kali ini Bang Fahmi seseorang yang
mempunyai usaha di bidang travel diberikan kesempatan untuk
menjadi bomber
diskusi mingguan FIM Traventure dengan tema solo traveling. Pria berdarah sunda
ini merupakan angkatan paling senior di FIM dan traveling yang dilakukannya
pun sudah hampir setengah dari Indonesia mungkin lebih, nah kali ini bang Fahmi
bakalan bahas tentang solo trip, selamat membaca :
![]() |
Mokhamad Fahmi Fauzi |
Biasanya
kalo ada orang diajak buat traveling pasti akan ada banyak pertanyaan yang
dilontarkan kepada si penanya contohnya seperti “ke mana?”, “berapa hari?”,
“kira-kira abis uang berapa?” dan satu pertanyaan yang ga kalah sering diajukan
yaitu “SAMA SIAPA AJA”?
Siapa teman perjalanan kita saat traveling memang penting, karena bagaimana pun kita pasti tidak mau menghabiskan waktu sepanjang perjalanan bersama orang yang tidak cocok dengan kepribadian kita atau orang yang punya sikap yang tidak kita sukai. Bagi sebagian traveler, bahkan ada yang males traveling kalo sendirian. Jadi harus ada temennya mau itu satu atau lebih yang penting ga sendirian. Padahal jika mau mencoba solo-traveling itu sebenernya banyak banget manfaatnya, antara lain:
- lebih bebas
Kita
bisa mengatur jadwal dan agenda semau kita tanpa harus repot 'berkompromi' sama
orang lain, sesuatu yang kadang sulit dilakukan bahkan dengan orang yang kita pikir
udah sangat kita kenal.
- Kesempatan berinteraksi dengan orang lain lebih besar
Saat traveling sendirian kita secara tidak sengaja ‘dipaksa’ untuk berkenalan,
membuka permbicaraan, bahkan meminta tolong dari orang yang sebelumnya ga kita
kenal. Melatih cara kita berkomunikasi dan menemukan bahwa banyak orang baik di
luar sana yang siap membantu kita.
- Kesempatan berkontemplasi
Saat solo
traveling kita akan punya lebih banyak waktu luang dan ‘waktu sepi’. Misalkan
saat di perjalanan atau malam hari saat terbangun dari tidur it's time to have some deep thoughts memikirkan
kehidupan, keluarga, cita-cita, atau apapun yang jarang/ tidak sempat kita
pikirkan di tengah rutinitas keseharian kita.
Salah satu solo traveling yang pernah
saya lakukan dan paling berkesan buat saya adalah : Banda Aceh – Bogor di bulan
Desember 2008, selama 20 hari. Rutenya adalah : Banda Aceh-Medan-Bukit
Tinggi-Padang-Palembang-Bandar Lampung-Jakarta-Bogor. Ketika di Medan, menginap di kosan temen, city
tour di Medan, dari Medan ke Brastagi dan Parapat menggunakan motor. Ketika di Bukit Tinggi saya menginap di rumah
om-nya temen kuliah, kemudian trekking ngarai Sianok-Koto Gadang, dan sempat
idul adha di Bukit Tinggi, lalu menginap di rumah teman sesama komunitas
Hospitality club (HC), mengunjungi Sikuai. Ketika di Palembang saya menginap di rumah anak HC juga, city tour dan
banyak membicarakan tentang cita-cita. Kemudian ketika di Bandar Lampung-Jakarta itu saya numpang lewat aja karena disuruh
pulang sama orang tua.
Pengalaman paling berkesan saat solo
traveling : ketika di perjalanan Medan – Bukit Tinggi dapet bis buluk yang lampu
depannya mati, jadi melewati jalan yang kiri kanannya hutan hanya dengan
mengandalkan lampu rem mobil di depan serta insting dari si supir. Saat itu
saya merasa bagaimana namanya ‘pasrah saat melakukan perjalanan’. Saya dipaksa
untuk memikirkan apa saja yang udah pernah dilakukan selama 23 tahun, hubungan
saya dengan keluarga dan termasuk membuat keputusan siapa saja yang bakal
dilamar saat saya siap untuk menikah :p *oh ini curhat colongan*.
Untuk budget uang yang paling banyak
digunakan saat saya solo traveling adalah untuk transport antar kota sedangkan
untuk transport dalam kota, penginapan dan makan mayoritas gratis. Tapi kita
juga harus tau diri berusaha untuk jadi tamu yang baik dari teman-teman atau
saudara yang kita tumpangi yaitu dengan sesekali membantu pekerjaan di rumah
seperti cuci piring atau sapu-sapu, atau sesekali traktir tuan rumah ketika
makan diluar rumah. Hal tersebut sangatlah perlu dilakukan sebagai rasa terima
kasih kita kepada tuan rumah.

He,
who does not travel, does not know the value of men.
Sesi pertanyaan
- Azzam Ghozi
\ Pernahkah nyasar di
daerah yang bang fahmi ga ngerti bahasa setempat Kalo pernah dimana dan bagaimana menemukan jalan keluarnya
Jawab:
Belum pernah, karena saya kalo bepergian selalu ke wilayah yang dimana orang
bisa bahasa indonesia. Tapi saya pernah nyasar di bukit tinggi tapi gapapa
nikmatin aja perjalanannya, duduk dipnggir jalan liatin orang lalu lalang
sambil mengamati kebiasaan mereka. Kalo udah puas nyasarnya tinggal tanya-tanya
aja sama orang setempat pasti ditunjukin jalan.
- Qadr Jatsiah Elmir
Jawab:
rekomendasi ini berlaku secara umum. Kalo ada pemahaman pribadi yang membuat
kita tidak mungkin melakukan perjalanan sendiri, maka opsinya setidaknya ada 2
:
(1) tidak melakukan solo traveling sama sekali
(2) traveling meskipun tidak
solo namun bisa tetap merasakan manfaatnya (independensi, kontemplasi, interaksi).
Tentang kejadian
tidak enak it can happen to anyone,
baik yang sedang solo traveling maupun yang grup traveling yang dibutuhkan saat
itu adalah common sense. Akal sehat
harus selalu ‘dinyalakan’ sederhananya kalo ada pilihan jalan antara gang gelap
sama yang terang benderang, mana yang kita pilih ? Common sense akan memilih yang terang. Atau ada pilihan nanya jalan
ama seorang kakek yang jualan minuman, atau pemuda yang keliatan mabok. common sense akan memilih si kakek. Dari
pengamatan saya, melatih common sense lebih efektif saat kita sedang solo
traveling karena semua pilihan perjalanan kita yang menentukan tanpa campur
tangan orang lain.
- Qadr Jatsiah Elmir:
jadi, kak fahmi
akan merekomendasikan tersebut sama kuatnya baik bagi laki maupun perempuan ? tanpa
ada rekomendasi khusus ?
Jawab:
(repost) kalo ada pemahaman pribadi yang membuat kita tidak mungkin melakukan
perjalanan sendiri, maka opsinya setidaknya 2 : (1) tidak melakukan solo
traveling sama sekali (2) traveling meskipun tidak solo namun bisa tetap
merasakan manfaatnya (independensi, kontemplasi, interaksi).
Maksud dari "traveling tidak
solo tapi tetap bisa merasakan manfaat solo traveling", mksdnya teknisnya jadinya
traveling dengan cara seperti apa?
Jawab :
>>
Independen: membuat kesepakatan dengan teman seperjalanan bahwa di lokasi
tujuan, tiap orang punya hak untuk membuat keputusan masing-masing. Contoh:
setiba di kota tujuan dia ingin ke tempat A sementara kita pengen
leyeh-leyeh, ya bebas aja. Itu contoh merasakan manfaat independensi meskipun
kita tidak sejalan dengan apa yang temen kita mau.
>> Kontemplasi: sepakati me-time dengan teman seperjalanan.
>>
Interaksi: gampang contohnya buang peta, itin atau panduan perjalanan lalu
ngobrol sama orang setempat.
- Uli:
Kalo ketemu orang baru saat
solo traveling kan emang pasti ya. Tapi gimana tips and trick biar kita ga ketipu
atau dijahatin sama orang baru tersebut ?
Jawab:
>>Kalo
untuk keperluan nanya jalan dan sejenisnya cukup pake common sense, seperti
yang udah dijelaskan di atas kalo untuk keperluan nanya jalan dan sejenisnya, cukup pake common sense, seperti yang gw
jelaskan di atas.
>>track
record. Kalo emang mau minta bantuan orang lain yang baru kita kenal untuk jadi
host yang bakal sering berinteraksi dengan kita paling aman ya cari orang yang
dikenal sama kenalan kita, kaya saya yang nginep di rumah omnya temen saya saat
di Bukit Tinggi. Atau bisa juga manfaatkan jaringan hospitality
club/couch surfing yang track record-nya jelas. Tapi tetep senjata utamanya :
common sense/ akal sehat. Kalo kita bisa menggunakan common sense dengan baik,
niscaya kita bakal dapat terhindar dari kejahatan orang lain. Malah kita bakal
ngerasain bahwa ternyata orang baik masih lebih banyak dibandingkan orang
jahat.
- Gadri
Selama perjalanan 20 hari solo
trip, dimanakah tempat yang paling berkesan menurut kak fahmi, mengapa ?
Jawab:
Bukit Tinggi karena saya disambut layaknya keluarga sendiri oleh orang yang baru dikenal kebetulan saat itu idul adha itu artinya saya makan daging orang bukit tinggi yang jago masak. I’m sure you can relate…
seperti di Aceh, di Bukit Tinggi saya juga belajar tentang sejarah. Fenomena
pahlawan lokal yang dianggap sebagai pengkhianat di level nasional. Saya juga
belajar banyak kejadian yang disebut pemberontakan di masa lalu bukan sekedar
siapa saja yang benar dan siapa yang salah, tapi ada motif yang
melatarbelakanginya dan hal itu sangat menarik untuk dipelajari lebih mendalam.
Bukit Tinggi karena saya disambut layaknya keluarga sendiri oleh orang yang baru dikenal kebetulan saat itu idul adha itu artinya saya makan daging orang bukit tinggi yang jago masak. I’m sure you can relate…
- Gadri:
Wisata yg sudah dijajaki selama di
bukittingi ?
Jawab:
Jam
gadang, pasar atas-bawah, ngarai sianok, koto gadang, rumah bung hatta, goa
jepang, lembah harau, pernah juga lanjut motoran ampe maninjau. saat masuk
ruang kerja bung hatta, gw ngebayangin bung hatta duduk di salah satu pojokan
ruangan, menelurkan pemikiran-pemikirannya untuk bangsa Indonesia, udah cukup untuk membuat
gw bergidik, makin kagum ama apa yang udah dia sumbangkan buat Indonesia. hidup
Hatta!!!
- Habib K Wijaya:
Tanya. Sebelum
jalanin solotrip, umumnya pertimbangan atau pencapaian apa yang jadi tujuan harus
ngelakuin solotrip ya ? Terlepas dari ide manfaatin waktu masa muda atau
mengenal daerah baru. Pernah bebetapa kali 'solotrip' daerah di indonesia, tapi
rasanya belum ketemu yang menarik. Ada saran bijakkah buat solotrip itu jadi
berkesan ?
Jawab:
Solotrip dengan tema Pembuktian Cinta, bib. serius. been there done that. Tapi serius, bib tema besarnya : Pembuktian.
Saat kita coba melakukan sesuatu yang kita pikir kita tidak mampu melakukannya
sebelumnya itu yang membuat perjalanan jadi berarti.
- Ihsan Satriawan:
Ada rekomendasi
tempat-tempat yang bisa dijadikan solo trip yang mengedepankan kontemplasi diri ga bang ?
Jawab:
Danau Toba.
Kalau
di pulau jawa Bang ?
Jawab:
di atas kereta jarak jauh. Favorit saya adalah matarmajan pasar senen – Malang.
- Milwan :
Gua mau tanyaa. Gimana
ngilangin nilai kebosenan di saat perjalanan yang panjang. Kalau merenung mah, pasti
kang. Kalau kebanyakan mah,bosen juga heee.
Jawab:
Lakukan
hal yang lu sukai, kalo gw sukanya : ngobrol. Jadi saat bosen dan ga ada yang
bisa dilakukan ya gw ngobrol sama siapa pun, bahkan sampe tukang jualan pernah
gw ajak ngobrol ngalor ngidul.
9Gmana kalau kita udah blank di saat kita
membutuhkan seseorang untuk membuat keputusan di saat tidak ada snyal dan baterai
gua low.*gua sering gtu, antisipasinya kang
Jawab:
Banyak cara lain
untuk berkomunikasi saat hp ga bisa dipake salah satunya : ngobrol. Justru saat
seperti itulah kita sebaiknya lepas dari hp, peta, atau buku panduan.
Berinteraksilah dengan orang setempat, siapapun yang saat itu ada di sekitar
kita.
Inilah cerita diskusi Solo Traveling
yang disampaikan oleh Bang Fahmi mulai dari pengalaman yang luar biasa dari
kisah 20 hari solo traveling sampe disuruh pulang sama orang tuanya, lalu
tentang tips and trick, tentang kontemplasi diri, membuang jenuh dari solo trip
yang sudah berulang kali dilakukan dengan pembuktian cintanya, tentang
bagaimana kita bisa memutuskan apa-apa dengan sendirinya, tentang interaksi
dengan sekitar dan pastinya pengalaman yang berbeda dari trip biasa yang
dilakukan bersama teman/ keluarga. Salam solo traveling!
He,
who does not travel, does not know the value of men
-peribahasa kaum Moor -
1 comments:
Jadi pengin nyobain solotrip! ;D
Post a Comment